Kamis, 14 April 2011

Teliti Musik Talempong Minangkabau, Nursyirwan Raih Doktor


Sebagai alat musik keberadaan Talempong di Minangkabau memiliki beberapa fungsi. Namun, tidak semua fungsi diperlakukan secara sama oleh masing-masing nagari.
Menurut Nursyirwan, S.Pd., M.Sn untuk kegiatan ritual, musik Talempong sudah jarang dilakukan. Meski begitu ia masih dipertahankan sebagai sarana penyemarak untuk upacara.
Selain itu, ia masih mewarnai dalam upacara perkawinan, prosesi arak-arakan yang ditujukan mengiringi pasangan pengantin anak daro turun dari rumah bako, atau sebaliknya marapulai turun dari rumah bako menuju tempat pesta pernikahan. Ia turut pula meramaikan dalam musik arak-arakan upacara pengangkatan penghulu baru dalam acara penobatan kepala kaum.
Di beberapa nagari Talempong ini turut memeriahkan pada acara-acara pesta panen padi, turun mandi, akikah anak dan sunatan. "Sementara untuk keramaian anak nagari Talempong mengisi pada acara-acara pacu itik, lomba layang, berburu babi, penyemarak 17 Agustus, pekan seni dan budaya serta acara kematian," ujar Nursyirwan, Senin (4/4) saat menempuh ujian terbuka program doktor di Sekolah Pascasarjana UGM.
Mempertahankan disertasi "Varian Teknik Penalaan Talempong Logam di Minangkabau", Nursyirwan mengungkapkan Talempong lebih dominan oleh kelompok laki-laki golongan remaja dan tua-tua. Tanpa terlalu menghubung-hubungkan dengan sistim matrilineal dalam kehidupan etnik Minangkabau, kelompok wanita pun dinilai cukup andil untuk memainkan Talempong.
"Dalam permainan musik Talempong, keberadaan posisi wanita tidak ada hubungannya dengan feminisme sebab keberadaan wanita dalam permainan Talempong tidak dibedakan dengan pemain laik-laki, yang diutamakan hanya keahlian dalam bermain," ungkap dosen Jurusan Musik Institut Seni Indonesia Padangpanjang.
Promovendus mengakui pemisahan peran perempuan yang digolongkan pada gender terkadang disalah tafsirkan. Salah tafsir itu sering menunjuk perempuan identik sebagai "Wanita Rumahan". Sementara di zaman yang sudah maju saat ini banyak wanita di perkotaan mengganti fungsinya sebagai ibu rumah tangga. "Jadi banyak fungsi gender perempuan di keramaian tidak lagi menjadi suatu pemandangan yang aneh," tutur pria kelahiran Payakumbuh 18 Februari 1967 ini.
Dalam kesimpulan disertasi, Nursyirwan menemukan dua teori dasar, yaitu 'variant five-tone scales' yang identik dengan tradisi musikal Minangkabau dengan dialek khas berupa "bunyi limo salabuan", dan 'variant six-tone scales' yang identik dengan tradisi musikal Minangkabau dengan dialek khas berupa "bunyi onam salabuan".
"Teori dasar yang ditemukan ini, dapat ditawarkan dalam permainan Talempong duduak dengan jumlah salabuan limo, dengan sebutan bunyi pada masing-masing Talempong menurut dialek Minangkabau," papar Nursyirwan yang dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan dan menjadi doktor ke-1360 yang diluluskan UGM.).